Minggu, 28 Juni 2009

Kumpulan PTC Lokal Indonesia Terpercaya



Berikut ini adalah situs-situs PTC lokal Indonesia yang ada saat ini dan telah terbukti membayar dan bukan situs SCAM. Klik pada gambar banner untuk melihat dan mendaftar ke masing-masing situs dengan GRATIS.






















Selasa, 16 Juni 2009

Tips Menulis Artikel Untuk Blog

Banyak faktor untuk meningkatkan traffic selain yang sudah dijelaskan pada postingan tips untuk meningkatkan traffic, ada beberapa hal lagi yang perlu kita perhatikan diantaranya tampilan blog yang menarik. Hal terpenting adalah high content, tentu saja untuk mendapatkannya penulisannya juga harus diperhatikan dengan benar-benar. Berikut ini ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam hal penulisan agar menarik, tidak membosankan bagi para pembaca.

Baris Pertama Harus Menarik
Hal pertama yang harus diingat bahwa situs pencari seringkali akan mengambil beberapa baris pertama dari isi teks yang terdapat dalam suatu situs/blog. Oleh karena itu pastikan bahwa beberapa kalimat pertama harus benar-benar menarik minat para pencari informasi, bisa membuat mereka (pencari informasi) untuk mengklik link yang menuju ke situs/blog kita.


Baris Pertama Mengandung Keyword
Perhatikan juga di dalam baris pertama harus terdapat keyword, ingat bahwa kita harus bisa menempatkan keyword tersebut agar menjadi suatu kalimat yang tidak janggal dan tidak terkesan berulang-ulang. Hal ini sangat penting karena kalau terjadi berulang-ulang akan mengakibatkan pembaca kita merasa bosan juga dari sisi optimalisasi situs pencari.


Situs pencari akan menolak halaman tersebut dan menganggap kita telah melakukan keyword spamming. Oleh karena itu usahakan kita memasukkan keyword sekali di bagian atas dari halaman dan tampilkan sekali lagi pada bagian akhir halaman.

Paragraf Tidak Terlalu Panjang
Secara psikologis orang tidak suka membaca paragraf yang terlalu panjang, buatlah masing-masing paragraf tidak melebihi 3-4 baris kalimat. Biasanya sebelum membaca orang akan melihat seberapa panjang suatu tulisan, kalau paragrafnya sangat panjang kemungkinan besar orang akan malas membacanya.

Sisipkan Keyword Didalam Paragraf
Sebelum mempublikasikan tulisan usahakan agar setiap postingan terdapat beberapa link kehalaman-halaman lainnya. Beberapa link tersebut adalah keyword-keyword yang sesuai. Dengan teknik ini memungkinkan kita mendapat penempatan urutan yang lebih strategis di situs pencari.

Nama File Mengandung Keyword
Setelah tulisan kita rampung dan sudah mengikuti aturan-aturan diatas maka hal terakhir yang harus kita lakukan adalah pemberian nama file harus mengandung keyword, pisahkan dengan tanda minus contohnya: tingkatkan-penghasilan-anda-dengan-agloco.html.

Terima kasih telah mau meluangkan waktu untuk membaca sedikit tips dari saya ini, jangan lupa untuk meninggalkan kesan, kritik atau saran anda pada bagian komentar. Satu hal lagi baca juga postingan-postingan sebelumnya.

Minggu, 07 Juni 2009

Sejarah Kabupaten Pemalang

Riwayat perjalanan tanah luhur Pemalang hingga sekarang ini, berdasarkan tutur, cerita pewayangan dan peninggalan-peninggalan purbakala, hingga berdiri sebagai Kabupaten Pemalang yang administratif seperti Pemalang saat ini adalah di mulai dari kisah-kisah dan keberadaan Kerajaan Galuh Purba.
Adapun Kerajaan Galuh purba berdiri jauh sebelum abad v masehi. Kerajaan Galuh Purba ini memiliki pusat pemerintahan di sekitar Gunung Slamet. Tapi pada abad vI - VII masehi pusat kerajaan ini berpindah di Garut kawali. menurut catatan-catatan yang ada, Kerajaan Galuh Purba didirikan oleh para pendatang dari kerajaan kutai kalimantan sebelum mereka beragama hindu. Jadi, sebelum di bangun kerajaan Kutai martadipura, sebelum adanya dinasti Kudungga.


Menurut cerita Van der Meulen (1988) (Indonesia di Ambang sejarah -Kanisius) Para pendatang tersebut pindah ke tanah Jawa sebelum abad III masehi. Para pendatang ini mendarat di sekitar pantai Cirebon. Para pendatang ini terus memasuki pedalaman. Sebagian menetap di sekitar gunung ciremai, sebagian lagi mengambil tempat ke arah selatan sampai di sekitar gunung Slamet dan lembah kali serayu. Yang menetap di sekitar gunung Ciremai membentuk peradaban Sunda, sementara yang menetap di sekitar gunung Slamet membangun kerajaan galuh Purba. menurut laporan yang ditulis tim peneliti Sejarah Galuh (1972) kerajaan galuh purba ini dibangun oleh ratu Galuh. kemungkinan besar nama kerajaannya adalah Galuh Sindula- ada juga salah satu naskah yang menamakannya sebagai kerajaan Bojong galuh
Ibukota kerajaan ini terletak di Medang Gili tahun 78 M. Angka 78 M ini agak diragukan sebab sekitar tahun tersebut huruf Sansekerta baru mulai masuk di Nusantara dan belum di kenal luas. Antara abad I sampai abad VI, Kerajaan Galuh Purba ini terus berkembang namun tidak banyak meninggalkan catatan sejarah. yang jelas, antara abad I dan abad VI ini, selain Galuh sindula atau Bojong galuh, banyak tumbuh nama kerajaan yang memakai nama Galuh diantaranya adalah:
*Kerajaan Galuh Rahyang yang berlokasi di Brebes, Ibukita di Medang Pangramesan
*Kerajaan Galuh Kalangon yang berlokasi di Roban, Ibukita di Medang Pangramesan
*Kerajaan Galuh Lalean yang berlokasi di Cilacap, Ibukita di Medang Kamulan
*Kerajaan Galuh Tanduran yang berlokasi di Pananjung, Ibukita di Bagolo
*Kerajaan Galuh Kumara yang berlokasi di Tegal, Ibukita di Medangkamulyan
*Kerajaan Galuh Pataka yang berlokasi di Nanggalacah, Ibukita di Pataka
* Kerajaan Galuh Nagara Tengah yang berlokasi di Cineam, Ibukita di Bojonglopang
*Kerajaan Galuh Imbanagara yang berlokasi di Barunay (Pabuaran), Ibukita di Imbanagara
*Kerajaan Galuh Kalingga yang berlokasi di Bojong, Ibukita di Karangkamulyan
Status kerajaan-kerajaan Galuh di atas tersebut masih belum jelas, apakah merupakan kelanjutan Kerajaan Galuh Purba atau hanya pecahan-pecahan Kerajaan Galuh Purba. Namun kemungkinan yang benar adalah sebagai bagian dari Kerajaan Galuh Purba, atau kerajaan bawahan setingkat Kadipaten.
Selain Kerajaan Galuh Purba yang pindah tersebut, yang juga berkembang dan tercatat dalam sejarah adalah Kerajaan Galuh Kalingga. Menurut babad Pustaka Rajya-rajyaBhumi Nusantara (tulisan Pangeran Wandsakerta dari Cirebon) pada abad VII hingga abad VIII terdapat tiga wangsa yang berkembang yaitu: Wangsa Kalingga, wangsa Sanjaya, dan Wangsa Syailendra. Catatan ini memiliki kecocokan dengan yang ditulis Fruin Mees: Geschiedenis van Java, 1919, halaman 16-20.
Kemungkinan Kerajaan Kalingga yang sebelumnya sebagai bawahan Kerajaan Galuh Purba inilah yang nantinya berkembang sebagai kerajaan berdaulat sendiri setelah memisahkan diri dari kerajaan Galuh Purba. berdasarkan catatan, Kerajaan kalingga dibangun oleh orang-orang keturunan salah satu kerajaan bagian orrisa di negeri India yang kerajaannya kalah perang. keturunan-keturunan kerajaan tersebut kemudian pindah dan menyebar sampai di tanah Jawa. terdapat dua kerajaan yang dibangun keturunan India tersebut yang tercatat dalam sejarah Yaitu:
Kerajaan Salaknegara di Banten
Kerajaan Kalingga di sekitar Jepara.
Kerajaan kalingga ini di bangun tahun 640 masehi di daerah Keling Pedek, jepara. Kira-kira tahun 732 masehi Wangsa Sanjaya merobah nama Kalingga menjadi Mataram. ialah Mataram pertama di Tanah Jawa, mataram Hindu yang Ibukotanya Medang kamulan. Cukup banyak cerita yang diturunkan wangsa ini, baik berupa cerita rakyat atau legenda. mereka juga yang akhirnya membentuk tulisan atau aksara Jawa, yang masih dikenal hingga sekarang. Namun begitu tidak ada catatan mengensi siapa nama raja pertama di Kerajaan kalingga. Adapun salah satu rajanya yang terkenal adalah seorang Ratu, Dewi Shima. Dewi Shima terkenal dengan sebutan Ratu Shima. Ratu Shima sangat adil, sehingga Putra Mahkota yang adalah anak kandungnya sendiripun dipotong kakinya karena suatu kesalahan. Dewi Shima memiliki anak yang bernama Limwa atau Gajayana yang kemudian menjadi raja Kanjueuhan di malang. dari Limwa ini kemudian lahir Uttejana, dan catatan terakhir yang ada mengenai keturunan mereka adalah Anana, putra dari Uttejana.
***
keturunan dari kerajaan Galuh Purba meneruskan pemerintahan kerajaan di Garut kawali, Ciamis, Jawa barat mereka berkembang dan memiliki kekuasaan lebih dari setengah wilayah jawa tengah sekarang. termasuk daerah Kedu, Puewodadi dan Banyumasan. Raja-raja di kerajaan Galuh kawali ini adalah keturunan dari kerajaan kalingga (Jawa tengah) sehingga tidak murni memiliki peradaban Sunda. terakhir keturunan ini membentuk kebudayaan Sunda di Jawa barat.
Menurut catatan di Prasasti Bogor, Kerajaan Galuh Kawali memang pindahan dari sekitar Gunung Slamet. Pusat kerajaan wangsa Galuh Purba ini dipindah dari wilayah Banyumas di sekitar wilayah Garut kawali karena mulai kalah pamor dengan leluhur wangsa syailendra yang mulai tumbuh.
Pusat Kerajaan Galuh Purba ini pindah ke Garut Kawali sekitar abad V atau VII awal, dan pada sekitar abag XIII pusat kerajaannya pindah lagi dan menjadi kerajaan Pajajaran. mengenai catatan perpindahan yang sampai dua kali ini ada catatanya di Prasasti bogor

Keturunan kerajaan Galuh purba ini sebagian mengalami percampuran darah dengan keturunan kerajaan Kalingga di Jawa tengah. Percampuran darah yang melalui perkawinan itu berlanjut hingga Kerajaan Galuh kawali menjadi Kerajaan Galuh Pajajaran. hal ini karena banyak perkawinan yang terjadi antara kerabat Keraton Galuh Pajajaran dengan kerabat Kerajaan Majapahit dari Jawa timur. Keturunan percampuran dari mereka inilah yang akhirnya membentuk wilayah Kabupaten Pemalang.
Sejarah kabupaten Pemalang juga memiliki keterkaitan yang erat dengan Kerajaan-Kerajaan utama yang berada di Jawa Tengah dan Jawa Barat antara lain Kerajaan Tarumanegara, Kerajaan Mataram, Kasultanan Demak, Kasultanan Pajang dan lain-lain.
banyak juga hubungan yang erat dari legenda-legenda atau mitos yang terjadi, antara lain mitos banyumasan Ciung wanara yang sebagian memiliki setting di tanah Pemalang.
menurut catatan dan peninggalan yang ada, Pangeran Benawa yang merupakan keturunan dari kerajaan Majapahit, memiliki peranan penting dalam babad Pemalang hingga terbentuk menjadi sebuah daerah Kabupaten yang memiliki kekuatan sendiri.
BERIKUT ADALAH SILSILAH DARI PANGERAN BENOWO
*Ken Dedes+Tunggul ametung (Kadipaten Tumapel, Kerajaan Pangjalu Kediri)
*Mahesa Wong Ateleng (Kerajaan Singhasari)
*Mahesa Cempaka/ Ratu Angabhaya /Batara Narasingha 1248-1254 (Kerajaan Singhasari)
*Dyah Lembu Ta/Dyah Singamurti (Kerajaan Singhasari)
*Raden Wijaya/Kertarajasa Jayawardhana 1273-1309 (Kerajaan Majapahit)
*Tri Buwana Tungga Dewi/Bhre Kahuripan II 1328-1360 (Kerajaan Majapahit)
*Bhre Pajang I (Kerajaan Majapahit)
*Wikramawardhana/Hyang Wisesa/ R Cagaksali 1389-1429 (Kerajaan Majapahit)
*Kertawijaya/Bhre Tumapel III 1447-1451 (Kerajaan Majapahit)
*Rajasawardana/Brawijaya II 1451-1456 (Kerajaan Majapahit)
*Raden Purwawisesa/Lembu Amisani / R. Putro/Brawijaya III 1456-1466 (Kerajaan Majapahit)
* Bhre Tunjung/Raden Pandanalas/R. Siwoyo /Brawijaya IV 1466 (Kerajaan Majapahit)
*Kertabumi/R. Alit/Brawijaya V /R Alit / Angkawijaya (Kerajaan Majapahit)
*Ratu Pambayun/R Patah / Jin Bun / Sultan Buntoro Demak I
*Ki Ageng Kebo Kenanga
* Jaka Tingkir/Mas Karebet/Hadiwijaya (Kerajaan Pajang 1503)
Pangeran Benawa/Sultan Prabuwijaya Pangeran Hadipati Benowo
*Pangeran Hadipati Darajad Cirebon
*Pangeran Hadipati Cirebon
*Pangeran Hadipati Cirebon Seda Mataram cirebon
*Raden Ajeng Ngabei Sinduprojo Pemalang

Telusuran Pemalang pada jaman kerajaan lampau
Pada cerita atau babad yang beredar, mengenai kerajaan Galuh purba (abad V) agak sulit diperoleh keterangan yang pasti, karena sedikitnya catatan sejarah mengenai hal itu. dari salah satu sumber, kerajaan Galuh purba ini memiliki banyak kerajaa-kerajaan bawahan yang berumur lebih tua dari Kerajaan Galuh purba sendiri. Yang paling banyak diketahui justru cerita dan catatan yang dimulai dari jaman majapahit (abad XIII)
Pada tahun 732 M, wangsa Sanjaya tumbuh dan membangun Kerajaan Mataram Kuno (Mataram Hindu) yang beribukota di Medhang kamulan. Pada masa pemerintahan ini banyak dibangun Candi-candi Siwa di pegunungan Dieng, Banjarnegara.
Menjelang tahun 750 M, wangsa Syailendra (Budha) menguasai Jawa tengah sehingga pusat pemerintahan Hindu pindah di Jawa timur.
Namun banyak sumber dan peninggalan sejarah berupa Candi maupun cerita rakyat yang menyiratkan tentang kedekatan leluhur antara jawa dan sunda. Di Sunda, Peninggalan budaya berupa Candi atau bangunan suci dari masa sebelum Islam bermunculan dalam 20 tahun terakhir ini. Candi yang paling awal ditemukan adalah Candi Lanang dan Candi Wadon di Cibuaya Kabupaten Karawang, sekira 50 tahun yang lalu. Temuan itu disusul dengan temuan Candi Cangkuang Kabupaten Garut, sekira tahun 1967 atau 1968 dan yang "dipaksakan" agar dapat dibina ulang sebagaimana adanya sekarang ini. Setelah itu muncul candi-candi di Batujaya Kabupaten Karawang, yang tersembunyi di balik hunyur 'busut', jumlahnya tidak akan kurang dari 25 buah walaupun yang sudah digali atau dikupas baru sekira 10, dan mulai digarap tahun 1985. Dalam waktu yang hampir bersamaan, ditemukan juga candi di daerah Pamarican Kabupaten Ciamis. Akhirnya, seolah-olah "pelipur lara" atas talajak Prof. Said Agil Munawar (entah sebagai pribadi entah sebagai Menteri Agama) yang mencari harta karun di situs Batutulis Kotamadya Bogor, tahun 2002 muncul candi Bojongmenje Kabupaten Bandung. Sangat dapat diharapkan dalam waktu dekat akan bermunculan candi, stupa atau tinggalan budaya dari masa pra-Islam lainnya, entah kapan dan di mana.

Kendan: situs sejak masa nirleka

Menurut para widyapurbawan, daerah Ujungberung, Cicalengka, dan Nagreg adalah daerah pinggilan sebelah timur "Danau Bandung" yang sangat berperan pada masa nirleka. Di daerah itu ditemukan batu yang memberikan petunjuk bahwa batu itu merupakan alat perlengkapan hidup manusia pada saat tersebut. Di samping itu, juga ditemukan batu yang nampaknya belum dimanfaatkan namun diduga justru merupakan bahan baku pembuatan alat-alat itu.
Salah satu tempat yang meninggalkan banyak sekali batu jenis obsidian adalah Kendan, terletak di daerah Cicalengka. Karena banyaknya obsidian di situ, menurut penduduk setempat batu itu dinamakan batu kendan. Selain obsidian, di daerah Cicalengka juga pernah ditemukan benda tinggalan budaya yang lain, antara lain berupa arca Durga dan bongkah-bongkah batu yang nampaknya sengaja dibuat. Bahkan, di daerah itu juga ada sebuah bukit yang dinamakan Pasir Candi; nama itu tentu saja seharusnya dikaitkan dengan adanya kemungkinan bangnan berupa candi di situ. Dalam hal ini, sehubungan dengan ditemukannya batu candi dan arca, seorang Belanda ahli kebudayaan Sunda bernama J. Noorduyn sampai berpendapat bahwa nama kendan itu sebenarnya merupakan "perusakan" dari kaindraan menjadi kendraan akhirnya menjadi kendan. Itu berarti, menurut Noorduyn, daerah itu merupakan salah satu "pusat kebudayaan" yang bersifat Hindu, mengingat Indra adalah nama salah satu dewa penting dalam panteon Hindu.

Apakah betul ada hubungan antara Kendan dan pusat kehidupan, tentu masih perlu kajian lebih mendalam. Namun, yang pasti, nama kendan juga ditemukan dalam naskah Carita Parahyangan ketika memberitakan kehadiran Wretikandayun. Hingga saat ini CP sebagai salah satu sumber sejarah Tatar Sunda diakui keabsahannya. Itu berarti bahwa embaran yang terkandung dalam naskah itu, walaupun tidak semuanya, banyak yang dianggap sahih.
Dalam kaitannya dengan Kendan dan Wretikandayun, kesahihannya diawali dengan kehadiran tokoh Rahyang Sanjaya/Raden Sanjaya yang juga (oleh orang Sunda) dianggap sebagai cikal bakal para raja di Tatar Sunda. Para widyakalawan dan widyapurbawan sudah sepakat mengakui bahwa Rahyang Sanjaya pada CP itu adalah Sanjaya pada Sthirangga yang ditemukan di Gunung Wukir, Jawa Tengah. Berarti, Sanjaya dalam Cerita pewayangan adalah tokoh yang benar-benar pernah hidup dan berperan dalam "panggung sejarah" Nusantara umumnya dan sejarah Tatar Sunda khususnya.

Jika ketokohan Sanjaya sudah absah, selanjutnya adalah pengakuan atas kehadiran tokoh lain yang erat kaitannya dengan Sanjaya. Tokoh-tokoh itu antara lain adalah Wretikandayun dari Kendan dan Maharaja Tarusbawa dari Sunda. Kesejarahan Wretikandayun didasarkan kepada embaran Cerita pewayangan yang mengatakan bahwa Wretikandayun adalah ayah Rahyang Mandiminyak, sementara Mandiminyak adaah ayah Sena atau kakek Sanjaya. Kehadiran Sena diabadikan juga dalam prasasti Sthirangga dengan nama Sanna sebagai raja yang saudara Sannaha.

Mengenai Maharaja Tarusbawa, kehadirannya didasarkan kepada embaran CP bahwa Sanjaya setelah dewasa pergi ke arah barat, menemui tohaan di sunda 'yang dipertuah di Sunda' dan bahkan kemudian menjadi menantu raja Sunda itu. Artinya, pada waktu itu juga terdapat sebuah negara bernama Sunda di sebelah barat, sedangkan negara asal Sanjaya bernama Galuh. Kendan kemudian menjadi salah satu negara bawahan Galuh.

Galuh yang terbelah Citanduy

Setelah pengiriman utusan tahun 666 dan 669 dari To-lo-mo ke Cina, tidak ada lagi berita Cina yang menyebut-nyebut To-lo-mo. Sebaliknya, Cerita pewayangan juga tidak pernah menyebut Tarumanagara. Hal itu memunculkan dugaan bahwa sejak tahun 669 itu Tarumanagara runtuh dan digantikan oleh kerajaan lain. Cerita pewayangan yang merupakan karya historiografi Parahyangan, memang mengawali kisahanya menjelang atau setelah keruntuhan Tarumanagara. Artinya, daerah atau negara yang disebut-sebut dalam Cerita pewayangan haruslah baru muncul dan berperan sekitar Tarumanagara runtuh, yaitu Kendan, Sunda, dan Galuh.

Hal itu tidak bertentangan dengan embaran prasasti Canggal atau Sthirangga yang menyebutkan tahun 732. Selama ini tahun itu dianggap sebagai tahun awal kekuasaan Sanjaya sebagai raja Galuh. Namun, sumber naskah yang hingga sekarang masih diragukan keabsahannya justru menyebutkan bahwa tahun itu adalah akhir kekuasaan Sanjaya di Galuh, dan tahun awal kekuasaannya di Mataram. Karena Cerita pewayangan menyebutkan Sanjaya berkuasa selama sembilan tahun, berarti bahwa ia memerintah sejak tahun 723, setelah berhasil merebut lagi tahta dari iparnya, Rahyang Purbasora. Selanjutnya Cerita pewayangan mengembarkan masa kekuasaan Purbasora selama tujuh tahun (716-23) setelah ia merebut kekuasaan dari raja Sena yang berkuasa sebelumnya selama tujuh tahun (709-16) seperti juga halnya dengan masa pemerintaha Mandiminyak (702-9).

Berkat perkawinannya dengan cucu raja Sunda, Sanjaya juga mewarisi tahta Sunda bersama dengan istrinya. Dengan demikian, ia menjadi raja baik di Galuh maupun di Sunda selama tujuh tahun (723-32). Setelah itu ia melepaskan haknya, baik atas tahta Galuh maupun tahta Sunda, karena tahun 732 itu ia menjadi raja Mataram, menggantikan kedudukan ayahnya (atau lebih benar ibunya sebagai ahli waris) untuk waktu yang cukup lama.

Karena Cerita pewayangan tidak pernah menyebut nama raja Sunda sebelum Tarusbawa, dapat diartikan bahwa ia berkuasa sejak tahun keruntuhan Tarumanagara sampai meninggal dan digantikan oleh Sanjaya (669-723). Setelah Sanjaya (723-32), yang menjadi raja berikutnya menurut Cerita pewayangan adalah Rahiyang Panaraban yang oleh Purbacaraka dianggap sama dengan Rakai Panangkaran pada prasasti Mantyasih (907). Dugaan Purbacaraka itu dengan sendirinya mengajak kita untuk menganggap bahwa sesudah Sanjaya, hanya ada satu kerajaan, Mataram (saja) atau Sunda (saja).
Namun kisah prasasti Mantyasih sama sekali berlainan dengan kisah Cerita pewayangan. Prasasti Mantyasih menyebutkan para raja yang berkuasa sejak Sanjaya hingga Rakai Balitung (732-910; prasasti dibuat pada masa pemerintahan Balitung dalam tahun 907), sedangkan Cerita pewayangan mengisahkan para raja Sunda atau Parahiyangan, baik yang berkuasa di Galuh maupn di Sunda hingga keruntuhan kerajaan Sunda atau Pajajaran sejak Panaraban (732-1579).

Dengan demikian, embaran naskah Wangsakerta yang menyebutkan bahwa Sanjaya dari istrinya yang berasal dari Sunda menurunkan raja-raja Sunda, sedangkan dari istrinya dari Kalingga menurunkan raja-raja Mataram, patut diperhatikan. Dalam kaitannya dengan negara Galuh, terbuka kemungkinan untuk menafsirkan bahwa pada masa awal kehadirannya (sejak Mandiminyak hingga Sanjaya), negara itu menguasai daerah bagian timur Tatar Sunda hingga bagian barat daerah Jawa Tengah sekarang. Menurut van der Meuler, ditemukannya banyak nama tempat berunsur galuh di daerah bagian barat Jawa Tengah itu, seperti Galuh Timur (Bumiayu), Galuh (Purbalingga), Sirah Galuh (Cilacap), Segaluh dan sungai Begaluh (Leksono), bahkan Samigaluh (Purworejo) dan Segaluh (Purwodadi), juga merupakan sesuatu yang patut diperhitungkan. Bahkan, lebih lanjut van der Meulen mengatakan terdapat tiga kerajaan Galuh, yaitu Galuh Purba yang berpusat di daerah Ciamis, Galuh Utara (Galuh Lor, Galuh Luar) yang berpusat di daerah Dieng, dan Galuh (saja) yang berpusat di Denuh (Tasikmalaya sekarang).

Dugaan van der Meulen itu memberikan petunjuk bahwa pada masa jayanya, kerajaan Galuh menguasai wilayah yang "terbelah" oleh sungai besar di daerah itu, Citanduy. Lebih jauh dapat juga dikemukakan kemungkinan bahwa "pembagian kekuasaan" melalui perang tanding antara Ciung Wanara dan Hariang Banga pun, sebenarnya terjadi di tepi sungai itu, bukan di Cipamili sebagaimana dikisahkan melalui tradisi lisan carita pantun Ciung Wanara.

Menurut tradisi lisan Jawa, pendiri kerajaan Majapahit (atau Jawa) adalah Ciung Wanara atau Jaka Susuruh. Hal itu ditunjang oleh tradisi lisan lainnya yang menyebutkan bahwa di daerah Banyumas terdapat tempat keramat yang diakui sebagai kuburan Ciung Wanara. Bahkan, tidak pula mustahil orang Bali juga mengakui tokoh itu sebagai orang yang berjasa di Bali. Bukankah pasukan yang dipimpin oleh I Gusti Ngurah Rai pada masa perang kemerdekaan, bernama Batalyon Ciung Wanara?

Dalam hal ini yang menarik justru tradisi lisan Sunda. Melalui tradisi itu orang Sunda pada umumnya yakin bahwa leluhurnya adalah Ciung Wanara yang berhasil mengalahkan saudara tirinya. Hariang Banga dalam perang tanding di tepi Cipamali, di daerah Comal Pemalang, sekarang. Artinya, baik orang Sunda, Jawa, maupun Bali, semuanya mengakui bahwa leluhurnya sama, yaitu Ciung Wanara.
Padahal, CP menyebutkan bahwa leluhur orang Sunda adalah Rahyang Tamperan atau Rahyang Panaraban, sedangkan yang menurunkan raja-raja Jawa (melalui Kalinggai Bhumi Mataram) adalah Rakai Panangkaran. Mungkinkah pilihan itu disebabkan oleh tradisi lisan itu, yang menyebutkan bahwa Ciung Wanara adalah anak permaisuri, sedangkan Hariang Banga anak selir? Jika harus memilih, tentunya memang lebih nyaman menjadi turunan permaisuri daripada turunan selir, bukan?

Padahal juga, terbuka kemungkinan untuk menganggap keduanya sebagai anak permaisuri dan karenanya juga sama-sama berhak atas tahta. Ciung Wanara adalah anak raja Galuh (katakanlah Sanjaya) dari putri Kalingga sehingga mempunyai hak atas tahta Mataram, sedangkan Hariang Banga adalah raja Galuh dari putri Sunda sehingga mempunyai hak atas tahta Sunda (dan Galuh). Dalam naskah Wangsakerta dengan tegas disebutkan bahwa Hariang Banga adalah Rahiang Tamperan.
Dengan demikian, agak jelas kiranya bahwa "panggung sejarah" Tatar Sunda selama dua abad (VII-VII) tergelar di bagian tenggara, meliputi daerah yang sekarang termasuk Priangan Timur dan Banyumas. Nama tempat yang masih bersemangat Sunda, seperti Cimanggu, Bantarkawung, Dayeuhluhur, dan Tungganggunung, serta masih digunakannya bahasa Sunda dalam kehidupan sehari-hari penduduk asli di umumnya daerah-daerah itu, memberikan petunjuk akan kewibawaan dan kekuasaan Galuh di masa silam.


KapanLagi.com


Masukkan Code ini K1-FEEAA7-F
untuk berbelanja di KutuKutuBuku.com

Free Blogger Templates by Isnaini Dot Com and Volkswagen Car Pictures. Powered by Blogger